CEO words
Sabtu, 2 juli 2016
Sabtu, 2 juli 2016
Tepatnya di tahun 2009, Saya bersama rekan-rekan mahasiswa POLITEKNIK BANDUNG mengadakan mega seminar di Sabuga ITB. Seorang motivator nasional kami undang untuk berbagi. Dari permohonan 2 jam, kami terpaksa turunkan hanya 1 jam dengan nilai kontrak tarif 85 juta rupiah.
Saat acara berlangsung, Saya berdiri terkesima tidak percaya, bukan karena fantastisnya penampilan dari sang motivator, namun karena harga yang kami bayar.
"Serius nih, 1 jam begini 85 juta."
Dan kami pun berjibaku mencari sponsor untuk menghimpun nilai kontrak. Setelah acara selesai, semua rekan-rekan mahasiswa happy. Saya kemudian kembali merenungi apa yang terjadi hari itu.
"Harganya memang segitu... ruangan penuh.. setiap orang terinspirasi.. dan panitia yang bayar happy happy aja ..."
*****
Kejadian tersebut kemudian mendorong Saya waktu itu untuk berkarir di dunia pembicara. Saya pun akhirnya belajar kepada Mas Jamil Azzaini. Wanna Be Trainer adalah edukasi trainer pertama yang saya ikuti.
Di hari pertama, Mas Jamil langsung mendidik kami dengan sebuah kaidah yang sangat logis,
"Orang bukan bayar waktu Anda, orang bayar dampak Anda"
Disanalah kemudian Saya menyadari bahwa harga Saya akan berkesesuaian dengan dampak yang Saya hadirkan. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana klien dapat menentukan harga, jika program training atau edukasi belum terjadi. Tentu sang klien akan melihat portofolio. Klien tentu akan menelaah, apa yang telah Saya kerjakan, bagaimana hasil kualitas kerja Saya, apakah klien yang telah menjalani program-program Saya kemudian bertumbuh atau tidak.
Pemahaman ini kemudian memberikan Saya acuan dalam berkarir,
"Harga Saya hari ini adalah kualitas kerja Saya di masa lalu, dan kualitas kerja Saya hari ini adalah Harga Saya dimasa depan"
Saya pernah mengerjakan proyek training senilai Rp 500.000,00. Saat saya menerima kontrak sebesar 500 ribu, harga tersebut adalah refleksi dari kualitas Saya di masa lalu. Dan saya meyakini bahwa kualitas kerja Saya saat itu adalah harga Saya di masa depan. Saya meyakini bahwa kualitas kerja Saya akan membentuk harga Saya di masa depan.
Saya tidak peduli dengan angka nilai kontrak yang ada. Ketika harga kontrak kerjanya 500 ribu, bukan berarti kualitas kerja Saya harus fit pada 500 ribu. Tugas Saya adalah bekerja sekualitas target harga Saya di masa depan.
*****
Sahabat, tulisan ini Saya buat untuk Anda, apapun profesi apa yang sedang Anda jalani.
Jika Anda seorang karyawan, maka besaran gaji Anda hari ini adalah cerminan dari kualitas kerja Anda di hari kemarin. Jika Anda ingin "harga Anda naik", maka cukuplah berfokus pada kualitas kerja Anda hari ini. Lakukan yang terbaik untuk hari ini, tidak perlu peduli begitu dalam tentang berapa gaji yang Anda terima saat ini.
Jika anda seorang pebisnis, berapapun net profit yang Anda cetak, Anda tidak perlu ambil pusing. Tugas Anda cukuplah berbuat terbaik dalam layanan bisnis Anda. Perhatikan produk, jaga kepuasan pelanggan, bentuk budaya positif di organisasi bisnis Anda dan atur keuangan Anda dengan baik. Kesemuanya akan membentuk Net profit Anda di masa depan.
Maksud tulisan Saya adalah, Saya ingin mengajak sahabat Zidders untuk berangkat dari jebakan garis waktu. Ketika nilai kontraknya bernilai 10.000, maka kita terkadang terjebak untuk menghadirkan kualitas kerja sebesar 10.000. Sehingga tidak ada pertumbuhan. Dibayar 10 ribu, lalu kemudian bekerjanya sekualitas 10 ribu.
Kita sering terjebak pada jebakan garis waktu saat ini. Padahal ada keterkaitan antara masa lalu, masa kini dan masa depan.
Sekali lagi, harga kita hari ini, adalah akumulasi dari kualitas kerja di masa lalu. Dan kualitas kerja hari ini, adalah harga kita di masa depan.
Jadi mau dihargain berapa?
No comments:
Post a Comment